Selasa, 14 Oktober 2014

Dokumentasi Penyuluhan oleh Kelompok 6

Proses Penyuluhan
Dindin Suryadin (Sebagai Perwakilan Kelompok 6) Bersama Bapak Suradi Setelah Penyuluhan

Suasana Kolam-Kolam di Mina Taruna Jaya

Kolam Nila di Mina Taruna Jaya

Melakukan Pembersihan Kolam


Minggu, 12 Oktober 2014

Alat Peraga Penyuluhan - Folder

Jahot Sumabrata mengemukakan bahwa alat peraga adalah suatu (alat/benda) yang dapat dilihat untuk menjelaskan apa yang dimaksud. Tetapi di dalam praktek, alat peraga tidak selalu hanya merupakan sesuatu (alat/benda) yang dapat dilihat dan di dengar (Departemen Kehutanan, 1996). Sedangkan menurut Mardikanto (1985) mengartikan alat peraga adalah alat atau benda yang dapat diamati, diraba atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk memeragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar sasaran penyuluhan agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan.

Sesuai dengan namanya 'folder' yang berasal dari 'to fold', folder dalam penggunaannya akan dilipat menjadi 2 atau 3 bagian. Berikut adalah alat peraga jenis folder dengan 3 bagian yang dibuat oleh kelompok 6 dalam praktikum dasar-dasar penyuluhan dan komunikasi pertanian.



 
Folder Penyuluhan Kelompok 6 - Cover
Folder Penyuluhan Kelompok 6 - Isi


Jumat, 19 September 2014

Daphnia sp. dan Serba Serbinya


1.Gambaran Umum


1.1 Pengenalan dan Taksonomi







Daphnia adalah filum Arthropoda yang hidup secara umum di perairan tawar. Spesies-spesies dari genus Daphnia ditemukan mulai dari daerah tropis hingga arktik dengan berbagai ukuran habitat mulai dari kolam kecil hingga danau luas. Dari lima puluh spesies  genus ini di seluruh dunia, hanya enam spesies yang secara normal dapat ditemukan di daerah tropika. Salah satunya adalah spesies Daphnia magna (Delbaere & Dhert, 1996)

Menurut Pennak (1989), klasifikasi Daphnia magna adalah sebagai berikut :
Filum         : Arthropoda
Subfilum    : Crustacea
Kelas          : Branchiopoda
Subkelas     : Diplostraca
Ordo           : Cladocera
Subordo      : Eucladocera
Famili         : Daphnidae
Subfamili   : Daphnoidea
Genus         : Daphnia
Spesies       : Daphnia magna

1.2 Morfologi Daphnia magna




Pembagian segmen tubuh Daphnia hampir tidak terlihat. Kepala menyatu, dengan bentuk membungkuk ke arah tubuh bagian bawah terlihat dengan jelas melalui lekukan yang jelas. Pada beberapa spesies sebagian besar anggota tubuh tertutup oleh carapace, dengan enam pasang kaki semu yang berada pada rongga perut. Bagian tubuh yang paling terlihat adalah mata, antenna dan sepasang seta. Pada beberapa jenis Daphnia, bagian carapace nya tembus cahaya dan tampak dengan jelas melalui mikroskop bagian dalam tubuhnya.
Beberapa Daphnia memakan crustacean dan rotifer kecil, tapi sebagian besar adalah filter feeder, memakan algae uniselular dan berbagai macam detritus organik termasuk protista dan bakteri. Daphnia juga memakan beberapa jenis ragi, tetapi hanya di lingkungan terkontrol seperti laboratorium. Pertumbuhannya dapat dikontrol dengan mudah dengan pemberian ragi. Partikel makanan yang tersaring kemudian dibentuk menjadi bolus yang akan turun melalui rongga pencernaan sampai penuh dan melalui anus ditempatkan di bagian ujung rongga pencernaan. Sepasang kaki pertama dan kedua digunakan untuk membentuk arus kecil saat mengeluarkan partikel makanan yang tidak mampu terserap. Organ Daphnia untuk berenang didukung oleh antenna kedua yang ukurannya lebih besar. Gerakan antenna ini sangat berpengaruh untuk gerakan melawan arus (Waterman, 1960).


1.3 Reproduksi

Mekanisme reproduksi Daphnia adalah dengan cara parthenogenesis. Satu atau lebih individu muda dirawat dengan menempel pada tubuh induk. Daphnia yang baru menetas harus melakukan pergantian kulit (molting) beberapa kali sebelum tumbuh jadi dewasa sekitar satu pekan setelah menetas. Siklus hidup Daphnia sp. yaitu telur, anak, remaja dan dewasa. Pertambahan ukuran terjadi sesaat setelah telur menetas di dalam ruang pengeraman. Daphnia sp. dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis. Daphnia sp. mulai menghasilkan anak pertama kali pada umur 4-6 hari. Adapun umur yang dapat dicapainya 12 hari. Setiap satu atau dua hari sekali, Daphnia sp. akan beranak 29 ekor, individu yang baru menetas sudah sama secara anatomi dengan individu dewasa Proses reproduksi ini akan berlanjut jika kondisi lingkungannya mendukung pertumbuhan. Jika kondisi tidak ideal baru akan dihasilkan individu jantan agar terjadi reproduksi seksual (Waterman, 1960).



Daphnia jantan lebih kecil ukurannya dibandingkan yang betina. Pada individu jantan terdapat organ tambahan pada bagian abdominal untuk memeluk betina dari belakang dan membuka carapacae betina, kemudian spermateka masuk dan membuahi sel telur. Telur yang telah dibuahi kemudian akan dilindungi lapisan yang bernama ephipium untuk mencegah dari ancaman lingkungan sampai kondisi ideal untuk menetas (Mokoginta, 2003).


2.Teknik Pembudidayaan


2.I. Persiapan wadah.

Persiapan wadah Budidaya bertujuan untuk mengoptimalkan wadah Budidaya agar media kultur Daphnia sp. bersih dan layak untuk budidaya. Tahap pertama dalam melakukan budidaya kita harus mempersiapkan wadah budidayanya. Wadah yang di gunakan untuk kultur Daphnia sp. yaitu berupa bak beton yang berbentuk segi enam. Volume bak yaitu 2,16 m3. Langkah pertama untuk persiapan wadah yaitu dinding dan dasar bak di bersihkan oleh sikat dan di semprot dengan air agar kotoran yang menempel di dinding dan dasar bak bersih. Setelah bak di bersihkan lalu dipasang peralon autlet. Peralon itu di pasang di tengah-tengah bak karna penempatan autlet yaitu di tengah-tengah bak budidaya, ukuran paralon tersebut yaitu sekitar 1 meter. Selanjutnya kita pasang aerasi untuk suplai oksigen. Pada dasarnya kebutuhan oksigen untuk perkembangan Daphnia sp. yaitu lebih dari 2 ppm.  Setelah bak di bersihkan dan peralon serta aerasi di pasang, sebaiknya bak jangan dulu di isi akan tetapi bak di keringkan dulu selama 1 hari agar bakteri, dan organisma lain tidak berkembang biak di wadah budidaya Daphnia sp. sehingga dapat mengganggu dalam budidaya daphnia serta organisme lain tidak menjadi pesaing dalam perebutan oksigen dalam budidaya Daphnia sp. tersebut. Langkah selanjutnya yaitu mengisi bak dengan air dengan ketinggian air 80 cm. Setelah di isi air terlebih dahulu kita cek ph dan suhu bak tersebut. Kemudian bak tersebut kita kasih pupuk, dosis pupuk yang di berikan yaitu 2,4 gram/ liter. Pupuk bertujuan untuk kelangsungan hidup Daphnia dan sebagai bahan makanan Daphnia sp. perlu kita ketahui bahan makanan Daphnia sp yaitu phytoplankton, ketersediaan phytoplankton harus cukup agar perkembangan Daphnia sp. berkembang cepat. Bak budidaya daphnia di pupuk maka bak tersebut akan menimbulkan fhitoplankton, dan selanjutnya daphnia akan memakan phytoplankton. Pupuk yang di gunakan untuk budidaya daphnia yaitu pupuk kandang berupa kotoran ayam.

2.2. Inokulasi

Inokulasi Daphnia sp. dapat dilakukan dengan memakai sitem induk Daphnia sp yaitu Daphnia dewasa atau indukan. Inokulasi di ambil indukannya dari tempat penyediaan induk yang ada di bak khusus induk. Daphnia sp. di perairan dapat dilihat dengan mata telanjang. Oleh karena itu untuk menghitung kepadatan Daphnia pada saat inokulasi maupun masa Budidaya, dapat di lakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Cara pengambilan Daphnia sp. induk dari bak yaitu Daphnia diambil dari dalam bak, lalu di masukan kedalam wadah yang telah di aerasi agak besar sehingga apabila Daphnia di masukan kedalam wadah tersebut tidak kekurangan oksigen. Setelah di dapatkan indukan maka di tebar di bak kultur. Padaat tebar Daphnia di bak yaitu 12 ekor/liter.

2.3. Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air Daphnia sp. merupakan salah satu kegiatan budidaya Daphnia karna kualitas air yang bagus akan menentukan keberhasilan dalam melakukan budidaya. Air adalah tempat media budidaya, maka kita harus memperhatikan kualitas air yang ada pada wadah budidaya. Pengontrolan kualitas air dengan menggunakan Tetra test berfungsi sebagai pengontrol pH, NO2- dan NO3-. Pengontrolan di lakukan setiap hari. Untuk dapat hidup dan berkembang biak dengan baik, Daphnia sp. membutuhkan lingkungan dengan suhu 210 C, oksigen terlarut 2 ppm dan pH 6,5-8,5. Dahnia sp. juga hidup pada suhu antara 24-280 C dan pH 6,3-6,7 dan penetasan Dahpnia sp. yang baik adalah pada suhu 210 C.

Parameter
(rata-rata) Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7
pH 7,2 7,5 7,2 7,5 7,5 7,2 7,5
Suhu 23 24 22 23 23 24 23
NO2- - - 5 5 5 5 5
NO3- - - 5 10 10 5 10



2.4. Pemupukan

Dalam proses budidaya daphnia dilakukan pemupukan didalam wadah budidaya yang bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton. Kepadatan phytoplankton yang dibutuhkan budidaya daphnia adalah 105-106 sel/ml media budidaya. Pemupukan wadah budidaya dengan dosis 2,4 gram/liter. Tetapi menurut literatur ada yang mengguanakan dosisi 500 gr/m3.
Daphnia memakan berbagai macam bakteri, ragi, alga bersek tunggal, dan detritus. Tetapi dalam kegiatan makanan utamanya yaitu memakan Phytoplankton sebagai makanan utama. Daphnia mengambil makanannya dengan cara menyaring makanan atau “filter feeding.”. Dalam memelihara Daphnia agar tumbuh dan berkembang dilakukan pemupukan susulan yang bertujuan untuk menumbuhkan phytoplankton, baktekri dan organisme yang lainya. Pupuk susulan di lakukan 2 minggu sekali dengan dosis 30 % dari pemupukan pertama. Tetapi harus juga diingat dalam pemupukan susulan jumlah pupuk yang di berikan jangan berlebihan karena hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya blooming phytoplankton. Hal tersebut akan menaikan kadar amoniak tinggi dan perebutan oksigen.

2.5. Pemanenan

Pemanenan di lakukan pada saat sinar matahari masuk pada perairan bak, karna pada waktu matahari masuk ke perairan maka Daphnia akan muncul sehingga dapat mempermudah dalam pemanenan Sebelum melakukan pemanenan, terlebih dahulu kita mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Alat yang di gunakan yaitu seser yang berukuran halus, mangkuk palstik dan sendok.
Langkah pertama dalam melakukan pemanenan menggunakan seser halus dengan cara mengaduk-aduk dalam wadah budidaya, agar daphnia mengumpul sehingga mudah untuk mengambilnya.Lalu daphnia di tangkap, Setelah daphnia di tangkap oleh seser maka Daphnia tersebut di ambil dengan menggunakan sendok lalu di paking denganmasukan ke dalam plastik yang sudah berisi air.



  

Kamis, 18 September 2014

Budidaya Pakan Alami Tubifex sp.

Memulai Usaha Budidaya Ternak Cacing Sutra
Usaha Budidaya ternak cacing sutra dapat mengunakan bak semen, bak terpal atau media yang lain. Yang terpenting adalah memastikan cacing sutra tidak dapat meninggalkan tempat lokasi budidaya. Untuk ukuran bak dapat disesuaikan dengan kondisi tempat yang ada.

Bak atau kolam untuk budidaya ternak cacing sutra diberi air dan lumpur yang halus, diusahakan lumpur yang mempunyai kandungan makanan yang cukup bagi cacing sutra. Media lumpur ini bisa terdiri dari limbah kolam lele atau kotoran ayam yang sudah difermentasi atau bahan lain yang kaya akan bahan-bahan organik yang diperlukan cacing sutra.

Sesudah media budidaya cacing sutra dimasukkan, kemudian diaduk-aduk sampai seluruh media bercampur. Setelah itu endapkan selama 3-5 hari, pastikan sesudah media lumpurmengendap permukaan lumpur rata, Bila media belum rata, ratakan dahulu menggunakan alat atau kayu. Sesudah media lumpur mengendap dan permukaan rata, jaga ketinggian air dari permukaan lumpur sekitar 5-10 cm.

Sesudah media untuk budidaya cacing sutra siap dan lumpur halus, saatnya kita menebar benih cacing sutra. Penting untuk diperhatikan dalam penebaran ini adalah kepadatan tebaran indukan cacing sutra. Kepadatannya kira-kira 1 liter induk cacing sutra ditebarkan pada 30 m2 bak budidaya.
Merawat bibit cacing sutra.
Dalam masa perawatan cacing sutra, kolam dialiri air dengan debit yang kecil. Ketinggian air mesti tetap dijaga pada ketinggian 5-10 cm. Pada masa pemeliharaan ini perlu diulangi pemberian air buangan limbah lele atau kotoran ayam yang sudah difermentasi dengan EM4. Saat usia penebaran 10 hari, bibit cacing sutra sudah mulai tampak tumbuh halus dan terlihat seperti benang merah yang ada di permukaan lumpur.

Panen Cacing Sutra
Cacing sutra sudah bisa dipanen dalam waktu 2 hingga 3 bulan. Pengambilan cacing sutra juga bisa dilakukan secara bertahap, ini juga berguna untuk mengurangi kepadatan dan memberi kesempatan yang lebih kecil untuk tumbuh dan kita panen yang berikutnya. Ciri-ciri bila cacing sutra sudah siap dipanen adalah jika saat lumpur dipegang akan terasa kental.

Cara Memanen Cacing Sutra
Cara memanen cacing sutra dengan cara menaikkan ketinggian air menjadi sekitar 50-60 cm. Dalam kondisi ini cacing sutra akan cenderung ikut naik ingga mudah untuk dipanen. Waktu pemanenan yang tepat adalah pagi dan sore hari ketika cuaca tidak terlalu panas. Media lumpur diaduk-aduk kemudian dimasukkan kedalam baskom, setelah itu cuci dan dibersihkan dengan saringan.

Penanganan Pasca Panen Cacing Sutra
Sesudah cacing sutra dibersihkan, langkah selanjutnya adalah pemberokan (karantina) dalam waktu 10-12 jam. Pemberokan cacing sutra ini berguna supaya cacing sutra bebas dari mikroorganise berbahaya bagi ikan hias atau benih ikan. Setelah bersih cacing sutra siap untuk dijual secara segar ataupun di bekukan. Budidaya ternak cacing sutra ini sangat menguntungkan, harga saat ini sekitar Rp 10.000 / liter. Untuk cacing sutra beku dijual perkilogram, cacing sutra bisa juga dikeringkan bila kita kesulitan alat pembeku agar cacing sutra lebih tahan lama dibandingkan cacing sutra fresh
Selamat berwirausaha budidaya ternak cacing sutra.


Pengembangan pakan alami yang masih tergolong tradisional adalah cacing sutera. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan akan cacing sutera didapat dari alam. Hal tersebut dikarenakan teknologi budidaya dari cacing sutera ini belum berkembang dengan baik, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam. Kebutuhan cacing sutera berasal dari sentra-sentra pembenihan ikan konsumsi dan budidaya ikan hias air tawar. Proses pengambilan cacing sutera dari alam membutuhkan penaganan khusus dan ketelatenan agar didapatkan cacing yang tahan dan dapat hidup di luar habitatnya hingga dapat didistribusaikan kepada konsumen.
Banyak para peneliti dosen maupun mahasiswa yang meneliti media yang paling cocok sebagai media hidup cacing sutra. Media tersebut merupakan kombinasi dari beberapa pupuk kandang dan lumpur biasa yang ada pada dasar kolam maupun sawah. Selain itu ditambahkan bahan yang lain dengan asumsi kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh caacing sutra dapat dipenuhi dengan mengkombinasikan beberapa bahan. Telepas dari permasalah tersebut, banyak yang berpikir bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan cacing sutra bukan hanya nutrisi melainkan parameter perairan seperti suhu, kandungan Oksigen terlarut, pH, dan lain sebagainya.
Masyarakat pembudidaya cacing sutra banyak yang melakukan inovasi dengan melakukan budidaya cacing dengan menyusun media bertingkat untuk memanfaatkan lahan yang sempit dan mengisi ruang yang kosong. Tujuan dari teknik ini yaitu dapat memproduksi cacing sutra secara optimal media budidaya yang tidak terlalu menghabiskan lahan dan ruang.
Kemajuan dan perkembangan budidaya pakan alami khususnya cacing sutra tidak lepas dari peran serta pemerintah. Kemajuan para pengusaha kecil ditentukan oleh para wakil rakyat, walaupun tidak 100 %. Perhatian pemerintah terhadap para pembudidaya akan sangat berpengaruh untuk kemajuan budidaya pakan alami. Hal yang paling sederhana yaitu masalah kebijakan dalam menyalurkan bantuan dana maupun peralatan.



Sumber (1)

One Pot, Two Lives

Sebuah penemuan yang cukup menarik, pot tanaman dan tangki ikan bekerja sama untuk membuat ikan dan tanaman sehat. Sistem ini bekerja dengan kotoran ikan, bertindak sebagai pupuk untuk tanaman basah. Sistem filter membantu menjaga kualitas air pH netral untuk ikan sementara memperpanjang masa irigasi untuk sekitar satu minggu untuk tanaman. Lapisan tengah Produk ini adalah lapisan filter, yang menumpuk pupuk sebagai nutrisi untuk tanaman pot. One Pot, Two Lives diciptakan oleh desainer Sheng-Zhe Feng dan Ling-Yuan Chou.

Produk ini Desain diciptakan oleh desainer Sheng-Zhe Feng dan Ling-Yuan Chou dan dirilis belum lama. produk unik ini memang sangat menarik selain memadukan antara dua organisme yang berbeda habitat dalam sebuah wadah, penggunaan tempat yang sangat effisien dengan system timbal balik yang sangat baik produk ini juga tetap mengedepankan nilai esteika nan indah, sehingga membuat mata kita tak jenuh untuk melihatnya, tentunya penemuan ini sangat tepat untuk diterapkan pada ruangan di rumah, sekolah atau bahkan di kantor sekalipun, karena hanya memerlukan tempat yang relatif kecil, dibandingkan dengan aquaponik.


Produk ini memang tidak didesain untuk memproduksi hasil dari segi pertanian ataupun budidaya ikan, sebagaimana yang dimiliki oleh system aquaponik, karena tidak semua aktivitas manusia bergerak dibidang tersebut, namun dengan adanya produk ini tetap dapat menanamkan kepada semua orang terhadap nilai pertanian maupun perikanan itu sendiri.

Semoga artikel yang saya buat ini dapat diterima atau menginspirasi anda terutama yang membacanya.






Sumber (1) (2)




Sistem Akuaponik Spiral, Sistem Pertanian Lahan Sempit yang Artistik dan Menguntungkan

Sistem Akuaponik dapat Menjadi Pemecahan Masalah untuk Pertanian Lahan Sempit


Akuaponik adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Dalam akuakultur yang normal, ekskresi dari hewan yang dipelihara akan terakumulasi di air dan meningkatkan toksisitas air jika tidak dibuang. Dalam akuaponik, ekskresi hewan diberikan kepada tanaman agar dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami, dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Air kemudian bersirkulasi kembali ke sistem akuakultur.

Menurut Nur Tjahjadi dalam tulisannya Aquaponik, GabunganAquakultur (Ikan) dan Hidroponik (Sayuran) di ekonomi.kompasiana.com, aquakuktur adalah teknik memelihara ikan di dalam kolam, sedangkan hidroponik adalah bercocok tanam tanpa tanah.


Budidaya Ikan yang Nantinya Akan Memberikan Nutrisi Bagi Tanaman (Hidroponik)


Pada aquaponik, nutrisi untuk tanaman diambil dari air kolam yang kaya akan unsur hara dan baik bagi pertumbuhan tanaman. Air kolam yang sudah jenuh dengan amoniak jika disiramkan ke tanaman akan menjadikan tanaman tumbuh lebih baik.  Amoniak mengandung nitrogen dalam bentuk ion yang siap diserap tanaman.  Sebelumnya air kolam itu sudah diberi pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran kambing) sebagai starter tumbuhnya fitoplankton sebagai pakan ikan.  Selain nitrogen,  kotoran ikan juga banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman.

Tanaman yang tumbuh dalam subsistem hidroponik, dengan akar terendam dalam air akan mendapatkan pasokan nutrisi yang berasal dari limbah kolam, tanaman akan membantu untuk menyaring amonia yang merupakan racun bagi hewan air, atau metabolitnya.  Setelah melewati subsistem hidroponik, air menjadi bersih dan kaya oksigen, dan dapat kembali ke dalam sistem air.

Dengan kata lain, tanaman yang tumbuh dalam subsistem hidroponik, dengan akar terendam dalam air kaya nutrisi yang berasal dari limbah kolam, akan membantu untuk menyaring amonia yang merupakan racun bagi hewan air, atau metabolitnya.  Setelah melewati subsistem hidroponik, air menjadi bersih dan kaya oksigen, dan dapat kembali ke dalam sistem air.


Tanaman Tumbuh Segar dalam Sistem Aquaponik

Akar Tanaman yang Langsung Mendapatkan Nutrisi dari Air



Sayuran daun hijau yang paling baik tumbuh dalam subsistem hidroponik adalah selada, kemangi, tomat, okra, melon dan paprika. Selain itu, spesies lain antara lain buncis, kacang polong, kol, selada air, talas, lobak, stroberi, melon, bawang, lobak, lobak, ubi jalar dan rempah-rempah juga dapat menjadi pilihan tanaman yang bisa ditanam secara aquaponik. Sedangkan jenis ikan air tawar yang paling umum digunakan dalam sistem aquaponik dan paling popular untuk aquaponik skala rumah tangga maupun komersial adalah nila, lele, patin, dan belut.
Jadi jelaslah, teknologi aquaponik layak untuk dikembangkan di lahan pekarangan terutama di perkotaan yang memiliki lahan pekarangan sempit hingga sangat sempit. Teknologi aquaponik ini dapat menjadi langkah awal yang logis menuju kamandirian pangan keluarga dan bahkan bangsa Indonesia.

Proses Pembangunan Sistem Akuaponik Spiral

Membentuk Kolam Ikan yang Menjadi Pusat Sistem Akuaponik Spiral

Penyusunan Tanaman atau Sayur-Sayuran dalam Bentuk Spiral yang Telah Ditentukan Sebelumnya



Sumber Artikel (1) (2)
Sumber Gambar (1) (2)